Jumat, 25 Desember 2015

berkeras jua

di batin entah kan iya,
kira bertanam tebu di mulut kini.
dek adek berkeras jua,
mangkanya berlain di nan hati.

meratap bunga ke embun kini,
harapkan boleh menyiramkan.
tercabik benar di nan hati,
sengsaralah jua menimpakan.

Jumat, 18 Desember 2015

Dendang Petuah

aurlah nampak ditepi,
bunga tumbuh sebaliknya.
elok sembahyang mengaji,
terbimbinglah jua badan ke syurga.

sudah terkata di nan janji,
berpantang benar kan memungkirkan.
iya berfikir pelitanya hati,
nak jangan sesal di kemudian.

melihat si panjang tungkai,
entah pabila kan reda.
kalaunya buruk di perangai,
nan hina ke badan pula.

ber-ayun kera ataslah dahan,
anak tiung dalam sangkaknya.
elok di hati perteguhkan,
usah dek harta melepaskan jua.

bergegas orang berjalan,
ulah dek hujan di nan petang.
usah dek tuan surau bertinggalkan,
pada badan kan di untung malang.

terkenang Ranah Minang

tenang airnya si batang mangau,
oranglah mandi di nan pagi.
nan ke badan rasa terhimbau,
iya dek itu bermenung diri.

tempat bernama pariaman,
sebenar ramai balai rang kuraitaji.
nan di batin ada merindukan,
angan di hati nak pulang kini.

ada dijelang hari nan panas,
kiranya peluh merinai pula.
tidak laut dipandang sekilas,
berlinanglah jua si air mata.

begitu benar hati nan risau,
entah pabila hidup kan senang.
sudah badan larat dirantau,
terkenanglah jua ranah minang.

terkenang Ranah Minang

tenang airnya si batang mangau,
oranglah mandi di nan pagi.
nan ke badan rasa terhimbau,
iya dek itu bermenung diri.

tempat bernama pariaman,
sebenar ramai balai rang kuraitaji.
nan di batin ada merindukan,
angan di hati nak pulang kini.

ada dijelang hari nan panas,
kiranya peluh merinai pula.
tidak laut dipandang sekilas,
berlinanglah jua si air mata.

begitu benar hati nan risau,
entah pabila hidup kan senang.
sudah badan larat dirantau,
terkenanglah jua ranah minang.

Senin, 14 Desember 2015

Sengsara Di timpa Ragu

nan sepantun di asing negeri,
sengsara badan siapalah tahu.
nan dek tidak diperteguh dalam hati,
sengsaralah jua ditimpa ragu.

dalam kebun bertanam tebu,
bertanam tebu di pukul tiga.
mangka ditimpa segala ragu,
iya kasih beralih jua.

tersebut daerah nan sebaris,
rasa nak badan berbalik jua.
iya direguk segala tangis,
sesalnya kini apakan guna.

bagailah badan dalam pusara,
apakan daya nak berenang kini.
nan dek acap bersilang sengketa,
tertegak tidak tonggak negeri.

Melayu Minangkabau

Bid'ah versi ," Falsafah Alam takambang jadi guru".

(Malabihan ancak2, mangurangi sio-sio)



“Panakiak pisau sirauik ambiak galah batang lintabuang, salodang ambiak ka niru,Nan satitiek jadikan lauik, nan sakapa jadikan gunuang, alam takambang jadi guru.”

Inilah redaksi lengkap dari falsafah alam takambang jadi guru, yang artinya, air yang setitik rela (ihklas) diterima laksana sebanyak air lautan, tanah yang sekepal (segenggaman tangan) rela diterima laksana sebesar gunung dan alam semesta raya ini dijadikan guru (tempat belajar dan atau pemberi pelajaran).

Falsafah alam takambang jadi guru adalah, “ filsafat hukum alam” dan atau, “ filsafat hukum kodrat”, yang merupakan pandangan hidup (way of life) orang Minangkabau, salah satu suku bangsa rumpun Melayu Nusantara, atau yang sering juga disebut dengan suku bangsa Melayu Minangkabau, yang telah bermukim di wilayah Sumatra Barat dan sekitarnya atau juga yang lebih dikenal dengan sebutan,” Ranah Minang”, sejak kira-kira 2500-2000 tahun lalu atau antara abat ke 5 -1 SM. Mereka meyakini bahwa falasafah tersebut disamping sebagai pandangan hidup mereka, juga merupakan, “ norma dasar” atau sumber dari segala sumber hukum (Grundnorm) terbentuknya Hukum Adat Minangkabau yang telah diwarisi secara turun-menurun dari nenek moyangnya. Dapat dikatakan kedudukan falsafah tersebut dalam hukum adat Minangkabau tak obahnya seperti falsafah Pancasila di Negara Indonesia.

Malabihan ancak2, mangurangi sio-sio, syarak mangato adat mamakai, artinya jalankan agama sesuai yang dikatakan Alquran dan Sunnah Rasull, tak boleh dilebih2kan, tak boleh dikurangi, tak boleh menghalakan yang haram, atau sebaliknya, kerjakan perintah tinggalkan larangan, yang tidak dilarang jangan diharamkan pula. Subhanallah ! (ko pandapek ambo, tasarah sanak memahaminya).

Contoh;Harta warisan adalah harta yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal pembagiannya adalah menurut Alquran. akan tetapi kalau anak laki2 tak mengambil bagian dari harta warisan orang tuanya, itu tidaklah dilarang, tak ada perintah agama yg melarangnya. Bagi laki2 minang, anak dipangku kemanakan di bimbiang, makanya tidak mau, dan bahkan malu mengambil harta orang tua.

Selanjutnya, dalam hal Harta Pusaka Tinggi, semua anak cucu keturuna datuak A misalnya berhak atas harta itu, dan dahulu kala mereka meumanatkan; di jua tak makan bali digadai tak makan sando, kabau tagak kubangan tingga. maka apakah haram atau dilarang melaksanakan amanat nenek moyang ? Subhanallah !Top of Form



Demikian pula dalam hal adat istiadat; lain padang lain hilalang. tak ada ayat yang menyatakan ritual adat itu haram, malahan justru ayat mengukuhkan sepeti;...kujadikan manusia berbangsa bangsa supaya mereka saling mengenal......dstnya. Nah kalau budaya timur memulyakan hari kelahiran Rasullulah meskipun tak ada hadist atau ayat alquran yang menyuruhnya ataupun melarangnya, dengan dasar apa pula kita bisa mencapnya sebagai; bid' ah ?

Bahwa sebenarnyalah adat istiadat relevan dengan Alquran, contoh; dahulu orang arab akan langsung tahu kalau ada orang di makah yang pakai sarung dan kopiah berarti dia orang Indonesia. Pakaian itu diperkenalkandengan tidak sengaja oleh buya HAMKA yang keseantero dunia dia berkeliling selalu berpakaian demikian. nah terbukti justru adat telah membuat orang arab atau dunia tahu dengan gamblang suku bangsa seseorang. seperti juga misalnya pakaian orang India. Coba kalau dulu buya HAMKA ikutan pakaian ala orang arab, tentulah sampai sekarang orang arab tidak akan sangat gamblang mengenali orang Indonesia. Lagi pula apa yang dipakai Rasullulah, dipakai pula oleh orang arab seluruhnya. jadi pakaian Rasull termasuk pakaian kebudayaan arab. apakah itu sunnah juga ? ( ada yang bilang sama aku berpakaian seperti nabi atau orang arab termasuk sunnah.

Falsafah alam takambang jadi guru, suatu bukti kecerdasan nenek moyang orang Minang, bahwa andai kata dibolehkan menjual harta pusaka tinggi, maka suatu hari kelak orang Minang besar kemungkinan akan tersingkir dari kampung halamannya, hanya tinggal nama saja, bahkan bisa jadi akan jadi jongos dikampungnya sendiri, yang dalam pepatah dikatakan; jalan lah dialiah urang lalu, cupak dituka orang panggaleh. bahkwa fakta ini telah banyak terjadi pada suku bangsa lain yang membolehkan menjual tanah, mereka hampir tak punya tanah tempat berpijak ditanahnya sendiri. banyak contoh ttg ini, namun tak enak untuk dibicarakan.

Berkali kali bahkan puluhan kali Allah berfirman dalam Alquran agar manusia berfikir, memperhatikan kejadian langit dan bumi serta alam semesta, sebagaimana yg dilakukan oleh Ibrahim dahulu. Nah ini pula yang dilakukan oleh nenek moyang orang Minang dengan; ," Falsafah Alam takambang jadi guru".

Bahwa pengetahuan yang dipetik dari berguru kepada alam semesta, telah memberikan keyakinan kepada Nenek moyang orang Minang, bahwa semua rahasia penciptaan alam semesta tersimpan dalam sifat-sifat makhluk dan benda di jagat raya ini, dimana berlaku hukum alam, seperti;

“api panas dan membakar, air membasahi dan menyuburkan, kayu berpokok, berdahan dan berbuah, lautan berombak, gunung berkabut, ayam berkokok, kambing mengembek, harimau mengaum dan sebagainya.”

Bahwa hukum alam itu, misalnya; Api membakar, air membasahi dan seterusnya. merupakan kodrat yang berlaku universal, yang secara logika dan kasat mata kebenarannya tidak terbantahkan. Berdasarkan pandangan hidup yang demikian itu, nenek moyang orang Minang telah menyusun dan membentuk Hukum Adat Minangkabau, yaitu norma-norma hukum atau aturan-aturan hukum tidak tertulis, yang mengatur kehidupan orang Minang, dari hal yang sekecil-kecilnya sampai ke yang lebih luas; politik, ekonomi, hukum, sosial dan sebagainya.



Allah berfirman, tentang kejadian dan keberadaan nyamuk, yang secara logika sulit untuk dipahami untuk apa dia diciptakan. Keyakinan kita orang Islam apapun yang dijadikan Allah pasti ada guna dan maksudnya. Falsafah alam takambang jadi guru ternyata lebih dahulu telah menjawab ayat itu (sebelum masuknya Islam) dengan pepatah; nan bungkuak paambuih lasuang, nan buto palapeh badia, nan lumpuah pangajuik ayam...dstnya...., subhanallah !



Sahabat,

Maka marilah kita jalankan agama kita, sebagai integritas atau jati diri kita , dengan benar; Malabihan ancak2, mangurangi sio-sio, jangan mudah terpengaruh oleh hasutan dan tipu daya yang bertentangan dengan alquran dan hadist yang sekarang marak adanya di dunia maya, hati2lah !

Sumber: http://m.kompasiana.com/marnimalay/bid-ah-versi-falsafah-alam-takambang-jadi-guru_5535b4e06ea834a026da42d1#sidr-main

Minggu, 13 Desember 2015

Jauh kasih di rantau orang


di air hangat jalan mendaki,
orang lalu dipukul dua.
sudah mengguruh langitlah kini,
nan sepantun benar dalam dada.

bukittinggi kota rang agam,
orang berbendi di nan petang.
remuk benar hati di dalam,
jauh kasih di rantau orang.

jatuh berderai si air mata,
entah pabila cemas kan lalu.
sudah kurus badan kiranya,
di batin sebenar merindu.

nan berbunyi di malam hari,
serunai dihembus dek orang.
sudah musim ganti berganti,
entah pabila kasih kan pulang.